infoselebb.my.id: IBUKU INTELIJEN - INFO SELEB

IBUKU INTELIJEN

Posting Komentar

Deru Mini Cooper yang tak asing lagi. Tanpa menoleh, kulanjutkan berjalan, berharap angkot yang biasa kutumpangi ketika pergi sekolah segera tiba, dan aku tak harus menunggu lama di pinggir jalan seperti biasanya.


Persis seperti dugaan. Terpaksa aku harus berhenti di belakang mobil yang baru saja menghadang jalanku.


Seorang wanita keluar dari balik kemudi. Dengan seragam dan usia yang sama denganku, tapi ... penampilan sangat jauh berbeda. Rambut ikal sepunggung berwarna cokelat menyala yang digerai dengan bandana merah, senada dengan Mini Cooper yang belakangan ini mulai kubenci. Muak!


Entah softlens merek apalagi yang dia pakai, sampai matanya kini kebiruan, mirip  kucing piaraan Ibu. Kurasa, Anya lebih mirip orang yang baru saja makan makanan berminyak dengan rakus daripada memakai lipstik. Serius, bibirnya mengkilap. Sorry, Nya!


"Hayuk bareng?" Kacamata besarnya sengaja dia turunkan, dengan jari-jari yang masih bertengger di sana, bisa kulihat kuku-kukunya yang panjang warna-warni. Apa susahnya sih, Nya dipotong?


"Enggak, makasih." Aku masih ingat, terakhir berangkat bersamanya, aku telat hampir satu jam. Mampir ke mall, belanja barang-barang yang sebenarnya tak terlalu penting untuk dipamerkan pada gengnya ketika sampai di sekolah. Aku sudah memperingatkan bahwa kami sudah telat, tetap saja dia ngeyel. "Nanti aku telpon papa, dia kenal baik sama kepala sekolah. Kamu tenang aja, yah?" Begitulah Anya, selalu mengandalkan jabatan ayahnya sebagai orang nomor satu di kota ini.


Dari sorot matanya, dia tak suka dengan penolakanku. Sedikit cepat dia berjalan ke hadapan. Bau parfum menyengat langsung menusuk hidung. Gila! Memangnya satu botol kamu habiskan semua, Nya? Hmm?!


"Sejak kapan kamu berani menolak ajakanku?" Sinis, Anya mencoba mengintimidasi aku dengan sorot matanya. Sorry, Nya! Aku tak takut.


"Kamu lupa, ibumu masih bekerja di tempat mama, loh?!" Dia mengejek!


Aku malas ribut. Akhirnya kuiyakan ajakannya.


***


Lega sekali ketika tiap pergi sekolah tak lagi mendengar deru Mini Cooper itu, seperti saat ini. Tanpa harus buru-buru atau sembunyi-sembunyi lewat jalan tikus demi menghindari berdebat dan menolak ajakan Anya. Jalanan seperti milik sendiri. Hmmm! Aku harus bagaimana, Tuhan? Senang, atau turut berduka cita?


Kasihan memang, sudah beberapa hari kudapati Anya hanya mengaduk-aduk lemon tea pesanannya. Juga, untuk kali kelima aku duduk satu meja dengannya. Teman-teman Anya? Jangan tanya, setelah tahu papa Anya terlibat korupsi, mereka semua menjauh. 


Sekarang, beginilah Anya. Berteman dengan anak mata-mata KPK yang menjebloskan papanya ke penjara. Sttttt! Jangan bilang-bilang Anya, yah?


___

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter