infoselebb.my.id: Cinta Lokasi - INFO SELEB

Cinta Lokasi

Posting Komentar

Suara gamelan dan gong bertalu-talu mengiringi liuk tubuh seorang wanita yang menari di tengah-tengah kerumunan penonton. Gadis itu dengan anggun mempersembahkan sebuah tarian tradisional jawa yang kental akan nuansa mistisnya.


Dengan mengapit sebuah kuda yang terbuat dari anyaman bambu di tengah pahanya, ia terlihat sangat luwes dan profesional. Ditambah lagi dengan paras ayu yang memikat, meski sedikit terlihat gemuk.


Beberapa saat kemudian gadis itu menghentikan tariannya bersamaan dengan musik yang semakin membahana. Penonton terlihat mundur beberapa langkah karena melihat sosok barongan yang mulai memasuki area panggung. 


Biasanya, barongan inilah yang terlebih dulu kesurupan, kemudian bisa menyalurkan energi negatif pada orang-orang sekitar.


Ketika sang barongan memamerkan aksinya, si gadis penari terlihat duduk di samping para penabuh gamelan. Ia tampak kelelahan, mengusap keringat di dengkul, kemudian menenggak air bercampur bunga mawar. 


“Makan dulu, Dik Shilva?” tawar seorang bapak penabuh gong di sebelahnya, sembari menyodorkan nasi bungkus pada gadis yang ternyata bernama Shilva Sabrina 


“Nanti aja, Pak. Nih, saya lagi ngemil, kok.” Shilva menjawab sambil memperlihatkan serpihan-serpihan kaca dalam sebuah wadah.


“Oh, lagi ngemil kaca, biar tambah sakti, ya, Mbak?” ujar sesebapak itu.


Sementara, Shilva hanya menyunggingkan senyum kecut tanpa memberi jawaban. Setelahnya, ia larut dalam tatapan kosong, masih sambil mengunyah kaca.


Brakkk! Terdengar suara barang berjatuhan disertai riuh teriakan penonton.


Seluruh alat musik berserakan, para penabuh bergegas menata kembali peralatan lalu mulai memainkan musik dengan lebih heboh.


Inilah yang ditunggu-tunggu para penonton. Sesi kesurupan inilah yang justru membuat kesenian jaranan menjadi lebih seru.


Tak berapa lama tampak beberapa orang penonton menari dengan sendirinya. Dengan mata merah melotot, mereka menatap kosong ke segala arah. Ya, mereka kerasukan.

Si bapak pawang kesurupan langsung bergerak cepat menarik penonton yang ikut kerasukan tersebut ke tengah area panggung.


Tiba-tiba, Shilva ikut menari beriringan dengan barongan. Dengan gemulai ia menari dengan mata merah melotot dan masih sambil mengunyah pecahan kaca. Tampaknya gadis gemuk itu juga kerasukan.


Setengah jam berlalu, beberapa orang telah dikembalikan ke keadaan semula. Namun, Shilva masih setia menari berdampingan dengan sang barong.


Beberapa kali ditarik energi negatif yang memengaruhinya, namun roh yang merasukinya enggan untuk keluar dari tubuh gemuk nan eksotis tersebut.


“Wah, angel iki! (susah ini!)” kata si Bapak Pawang.


“Pie ... pie? (Gimana ... gimana?)” Orang-orang mulai bingung.


“Sing nang njero njaluk dinikahke karo Mbak e. (Yang di dalam minta dinikahkan dengan si Mbak.)” kata Pak Pawang lagi.


“Terus pie penake? (Trus gimana enaknya?)” Orang-orang mulai bingung harus bagaimana. “Iki tenan ra gelem metu. (Ini beneran ga mau keluar.)”


Sementara, Shilva tampak menggeram dengan mata merah yang semakin melotot. Membuat semua orang bergidik ngeri.


“Yo wes, nikahke wae lah! (Ya udah, nikahin ajalah!)” ujar Pak Pawang pada akhirnya.


Dan itulah akhir kisah cinta lokasi dari Shilva dan Mas Wowo alias si genderuwo yang berakhir dengan kisah haru. Mereka berdua pun hidup bahagia selama-lamanya.


End.


Setor yak Cin, Diy Ara

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter